Depresi setelah melahirkan atau bisa juga disebut dengan Postpartum Depression (PPD) adalah perubahan campuran kompleks antara fisik, emosi, dan perilaku yang terjadi kepada para ibu setelah melahirkan.

Menurut DSM-5, PPD sendiri bisa berupa perasaan depresi berat yang biasanya akan muncul dalam waktu empat minggu setelah melahirkan.

Postpartum depression atau depresi pasca persalinan ini bisa disebabkan oleh perubahan senyawa dalam tubuh, lingkungan sosial, dan psikologis yang terkait dengan si buah hati mereka yang baru lahir. Tetapi untungnya, PPD dapat disembuhkan dengan beberapa pengobatan dan konseling.

Perubahan senyawa dalam tubuh ini melibatkan penurunan hormon yang sangat cepat pasca melahirkan. Para pakar sendiri masih belum mengerti begitu jelas mengenai keterkaitan antara depresi dan penurunan hormon tersebut.

Ilustrasi Insomnia / Sulit Tidur
Ilustrasi Insomnia / Sulit Tidur (Sumber Gambar : https://www.blogs.va.gov/)

Tetapi penelitian lainnya menemukan bahwa kadar level estrogen dan progesteron, yaitu sejenis hormon reproduksi wanita, menjadi meningkat tajam 10 kali lipat selama masa kehamilan. Kemudian, kedua hormon tersebut akan kembali jatuh tajam sesaat setelah melahirkan. Tiga hari pasca melahirkan, kadar kedua hormon tersebut akan kembali ke tingkat sebelum mereka hamil.

Selain dari perubahan kimia dalam tubuh mereka, perubahan sosial dan psikologis terhadap takdir mereka yang kini menjadi seorang ibu juga bisa meningkatkan resiko terkena depresi.

Gejala Postpartum Depression

Gejala dari postpartum depression memiliki kemiripan dengan beberapa gejala setelah melahirkan. Beberapa yang paling umum terjadi seperti kesulitan tidur, hilangnya nafsu makan, kelelahan ekstrim, menurunnya libido, dan perubahan suasana hati atau mood.

Dalam beberapa kasus yang lebih parah, gejala-gejala tersebut bisa diikuti dengan gejala depresi umum lainnya, termasuk hilangnya perasaan senang, merasa tidak berharga, putus asa, dan tidak berdaya. Bahkan tidak jarang mereka cenderung memiliki keinginan untuk bunuh diri atau bahkan menyakiti orang lain.

Faktor Resiko Terkena Postpartum Depression

Seperti halnya penyakit umum, PPD juga memiliki faktor resiko kemungkinan seseorang terkena gangguan mental tersebut. Dengan mengetahui faktor resikonya, ada kesempatan bagi anda untuk bisa mencegahnya sebelum proses melahirkan datang. Berikut beberapa faktor resiko PPD yang harus anda ketahui:

    • Memiliki riwayat depresi sebelum hamil, atau selama masa kehamilan.
    • Usia saat anda hamil. Semakin muda usia anda, semakin tinggi resiko anda terkena PPD.
    • Memiliki pemikiran rumit tentang kehamilan.
    • Anak-anak. Semakin banyak anda memiliki keturunan, maka semakin tinggi kemungkinan anda terkena PPD.
    • Memiliki riwayat depresi atau gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD).
    • Dukungan sosial yang terbatas.
    • Hidup sendirian.
    • Konflik perkawinan atau rumah tangga.

Kebanyakan ibu muda atau wanita yang baru melahirkan pertama kali lebih mungkin mengalami depresi pasca melahirkan. Sekitar 1 dari 10 wanita akan mengembangkan gangguan mental tersebut menjadi lebih parah dan lebih lama untuk disembuhkan. Bahkan 1 dari 1000 ibu muda beresiko terkena sebuah kondisi yang lebih serius yang disebut dengan psikosis postpartum.

Jenis Postpartum Depression

Tentu saja, gangguan mental yang satu ini pun memiliki beberapa jenis yang perlu anda ketahui, agar anda lebih tahu jenis penanganan mana yang tepat untuk dilakukan.

Baby Blues

Biasa juga disebut dengan sindrom Baby Blues, kondisi ini bisa menyerang sebagian besar wanita yang terjadi sehari atau beberapa hari setelah melahirkan, dan kondisi ini bisa terbilang cukup normal. Baby blues ditandai dengan seorang ibu yang tiba-tiba mengalami perubahan mood atau suasana hati yang tajam dan tiba-tiba.

Ilustrasi Baby Blues
Ilustrasi Baby Blues (Sumber Gambar : https://ypiaflash.com/muslimah.or.id/)

Bahkan mereka bisa saja menangis secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, merasa tidak sabaran, mudah marah, gelisah, cemas, kesepian, dan sedih. Baby blues sendiri bisa berlangsung selama beberapa jam saja. Untuk kasus yang lebih parah, bisa terjadi antara satu hingga dua minggu setelah melahirkan.

Untungnya, baby blues tidak membutuhkan perawatan dokter atau psikolog, sehingga konsumsi obat-obatan pun bisa dihindari. Tetapi jika anda ingin mengobati kondisi tersebut, anda bisa bergabung dengan komunitas ibu-ibu muda dan mengobrol santai mengenai permasalahan bayi anda.

Depresi Pasca Melahirkan

Seringkali disingkat dengan PPD, jenis gangguan ini bisa terjadi dalam waktu antara beberapa hari hingga berbulan-bulan setelah melahirkan. PPD sendiri bisa terjadi setiap kali anda melahirkan. Gejalanya sendiri hampir mirip dengan baby blues, yaitu merasa sedih, putus asa, kecemasan, dan mudah marah. Tetapi efek dari gejala tersebut cenderung lebih kuat.

PPD bahkan seringkali bisa menghambat seorang ibu muda untuk beraktivitas. Pada tahap ini, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Jika seorang ibu tidak mendapatkan perawatan PPD yang baik, gejalanya bisa berkembang menjadi lebih parah.

Psikosis Postpartum

Jenis postpartum yang satu ini merupakan yang paling parah dan menjadi tingkat ketiga dari dua gangguan mental pasca melahirkan sebelumnya. Gangguan ini bisa menyerang dengan sangat cepat dan seringkali terjadi dalam tiga bulan pertama pasca melahirkan.

Seorang ibu yang tengah menderita gangguan mental ini cenderung akan kehilangan kontak dengan realita dan orang-orang sekitarnya, mengalami halusinasi pendengaran, dan delusi. Tetapi halusinasi visual lebih jarang terjadi.

Gejala tersebut akan disertai dengan gejala lainnya seperti insomnia, perasaan gelisah dan marah-marah, mondar-mandir tidak jelas, gelisah, dan perasaan serta perilaku yang sangat aneh. Para ibu yang memiliki gangguan ini memerlukan perawatan dan pengobatan secepat mungkin. Tak jarang mereka pun akan dirawat inap demi menghindari resiko menyakiti diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Cara Menangani Postpartum Depression

PPD biasanya memiliki penanganan yang berbeda tergantung dari jenis dan gejala yang muncul. Biasanya, pilihan perawatan bisa mencakup obat-obatan termasuk anti-kecemasan, antidepresan, psikoterapi, dan berpartisipasi dengan layanan konseling dan kelompok pendukung depresi.

Untuk kasus yang lebih parah, terkadang infus intravena dari obat baru yang disebut brexanolone (Zulresso) akan diresepkan. Tetapi untuk mereka yang tengah terkena psikosis postpartum, beberapa jenis obat-obatan lainnya pun bisa ditambahkan dan dirawat inap di rumah sakit.

Sayangnya, terkadang konsumsi obat-obatan bisa sangat bertentangan bagi ibu yang baru melahirkan, terutama jika anda tengah menyusui. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk menangani depresi, kecemasan, dan psikosis sangatlah tidak dianjurkan untuk digunakan. Maka dari itulah, perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, dan gunakan resep yang mereka sarankan.

Ilustrasi Postpartum Depression
Ilustrasi Postpartum Depression (Sumber Gambar : https://www.montereybayparent.com/)

Kapan Harus Pergi ke Dokter?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa postpartum yang tidak diobati akan sangat berbahaya bagi ibu-ibu baru dan bayi mereka. Maka dari itulah, segera pergi ke dokter atau minta pertolongan para ahli kesehatan jika anda telah mengalami beberapa hal seperti:

    • Gejala postpartum yang telah disebutkan di atas berlangsung lebih dari dua minggu.
    • Tidak mampu beraktivitas secara normal.
    • Tidak mampu mengatasi beberapa situasi atau masalah sepele sehari-hari.
    • Memiliki pemikiran untuk bunuh diri, atau keinginan untuk menyakiti orang-orang di sekitar, termasuk bayi mereka sendiri.
    • Memiliki perasaan cemas, ketakutan, dan panik yang teramat sangat sepanjang hari.

Meskipun kondisi kesehatan yang satu ini sangat menyedihkan dan dapat mempengaruhi kehidupan serta kesehatan si ibu dan bayi, tetapi untungnya masih bisa diatasi dan disembuhkan jika anda berhasil mendapatkan perawatan dan perhatian dari orang terdekat dengan layak.